Sabtu, 01 Januari 2011

KELAYAKAN EKONOMIS USAHA PEMBIBITAN MELON (Cucumis melo L.)

I. Latar Belakang
Tidak ada suatu negara di dunia ini yang mengenyampingkan sektor pertanian dalam membangun pertumbuhan perekonomian dalam negaranya. Sebab produk dari komoditi-komoditi pertanian sangat dan teramat diperlukan dan dibutuhkan oleh penduduknya dari berbagai kalangan. Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku (download file, click here) industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat Sektor pertanian memegang peran yang strategis dalam

pembangunan perekonomian nasional, dan bahkan dalam mengatasi krisis ekonomi yang pernah terjadi di Negara kita, sektor Pertanian diharapkan untuk berperan di garis terdepan. Sehingga peran yang strategis ini menjadikan sektor pertanian patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.
Secara umum, sektor pertanian dinilai telah berhasil melaksanakan perannya, seperti menghasilkan bahan pangan bagi penduduk, menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta menyediakan input bagi sektor industri.
Permintaan Melon (Cucumis melo L.) di pasar domestik dan ekspor terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi buah manggis adalah kandungan gizinya. Berdasarkan penelitian, pada setiap 100 gram berat melon yang dapat dimakan, terdapat kandungan Vitamin C sebesar 34,0 mg (Wirakusumah 1995, dalam Final Prajnanta 1999) yang berguna bagi tubuh. Dan bahkan saat ini melon sering digunakan sebagai buah untuk terapi kesehatan. Hal ini disebabkan melon berkhasiat dalam membantu sistem pembuangan, mencegah penggumpalan darah, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung, serta anti kanker.
Produksi melon Indonesia tahun dan perkembangan ekspor buah melon disajikan dalam tebel berikut.
Tabel 1. Produksi Buah-Buahan di Indonesia Tahun 1998.
NO. KOMODITAS PRODUKSI (Ton) %
1. Pisang 3.176.749 51,95
2. Mangga 600.059 9,81
3. Jeruk 490.937 8,03
4. Pepaya 489.948 8,01
5. Nangka 353.981 5,79
6. Salak 353.249 5,78
7. Nanas 326.956 5,35
8. Rambutan 277.879 4,54
9. Melon 44.937 0,74
J U M L A H 6.114.695 Ton
Sumber: Biro Pusat Statistik, 1998.

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Buah Melon Indonesia Tahun 1993-1997.
NO. TAHUN EKSPOR
VOLUME (Kg) NILAI US$
1. 1993 1.074.040 1.120.433
2. 1994 2.687.408 2.484.246
3. 1995 3.283.847 2.688.666
4. 1996 1.445.588 1.523.770
5. 1997 2.808.221 2.586.016
Sumber: Pusat Promosi dan Informasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998.
Untuk meningkatkan produksi, dibutuhkan teknologi yang mampu untuk menghasilkan mutu produk yang berdaya saing di pasaran. Suatu usaha juga membutuhkan investasi yang akan menunjang keberlangsungan usaha tersebut. Hal ini pada umumnya memerlukan dana yang besar untuk investasi. Dalam jangka panjang diperlukan suatu analisis untuk mengetahui layak tidaknya suatu usaha tersebut.

II. Kerangka Pikir
Tanaman melon asal-usulnya berasal dari Daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Kemudian tanaman melon ini menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa (Belanda, Dermark, dan Jerman). Pada abad ke-14 mulai di tanam di Amerika khususnya di California, Colorado, dan Texas.
Pada akhirnya tanaman melon mulai menyebar ke segala penjuru dunia, terutama di Daerah Sub-Tropis dan Tropis, yaitu mulai dari Jepang, China, Taiwan, Korea, Australia, dan hingga kini berkembang di Indonesia.
Di Indonesia, Buah melon beberapa waktu yang lalu sudah sempat mulai memasyarakat, seperti halnya buah Semangka Non-Biji, Apel, Anggur, dan jenis buah lainnya. Dan bahkan masyarakat banyak yang mulai menyukai melon.
Tanaman melon lebih cocok tumbuh di dataran menengah yang suhunya agak dingin, namun tanaman ini masih toleran pada kisaran suhu 25°C – 30°C, dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun. Sedangkan ketinggian tempat yang optimal untuk budidayanya adalah 200-900 m dpl (diatas permukaan laut), dan masih toleran pada 0-100 m dpl.
Saat ini melon tidak hanya dikonsumsi langsung sebagai buah segar saja. Selain dihidangkan dalam bentuk “jus melon”, juga dikemas dalam produk makanan maupun minuman, seperti permen dan sirup. Bahkan di toko-toko sekarang sudah banyak dijual sabun kecantikan dengan aroma khas melon.
Pada Tahun 1980-an, Peraturan Pemerintah membatasi peredaran buah impor di Indonesia. Hal ini menyebabkan Pengusaha-pengusaha Agribisnis membudidayakan buah melon di Indonesia. Dan mulai dikembangkan di Indonesia pada Tahun 1980-an di Daerah Cisarua-Bogor dan Kalianda-Lampung Selatan oleh PT. Jaka Utama Lampung.
Kendalanya, saat ini Buah Melon yang dibudidayakan oleh petani kita malah kalah bersaing dengan buah melon impor. Masyarakat kebanyakan malah membeli dan memilih buah melon impor. Selain harga relatif lebih murah dan kualitasnya juga lebih baik dari hasil panen masyarakat petani kita.
Dengan adanya pasar bebas, banyak petani yang merasa dirugikan. Sebab dengan keadaan dan kondisi yang tidak siap bagi petani, maka bukan hal yang tidak mungkin buah melon produk Petani Indonesia tidak dapat dipertahankan lagi keberadaannya.
Konsekuensi bagi Negara Indonesia dalam menghadapi pasar bebas, khususnya bagi masyarakat petaninya, maka produk-produk Pertanian dari Negara Indonesia harus meningkatkan dan mempunyai daya saing yang tinggi. Untuk mengantisipasi kelayakan usaha tani melon, maka dalam kajian ini diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, dalam hal ini untuk mengetahui kelayakan ekonomis usaha pembibitan melon skala komersial.

III. Metode Analisis Data
Dalam kajian ini analisis data menggunakan metode pendekatan evaluasi proyek dipadukan dengan metode deskriptif. Untuk menguji menguji kelayakan finansial usaha tani melon dengan menggunakan kriteria yang dipakai dalam analisis finansial yaitu NPV (Net Preent Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), menurut Soetriono (2006).
1. Untuk menghitung NPV.
NPV =
Di mana:
NPV = Net Present Value atau Nilai Bersih Sekarang
Ct = Cost Total atau Biaya Finansial pada Tahun t (Rp)
Bt = Benefit Total atau Penerimaan pada Tahun t (Rp)
n = Waktu atau Jangka Usia Ekonomis (Th)
i = Tingkat Suku Bunga (%)
t = Tahun ke t
Kriteria Pengambila Keputusan:
NPV < 0, maka investasi pada usaha tani melon tidak layak
NPV = 0, maka investasi pada usaha tani melon impas
NPV > 0, maka investasi pada usaha tani melon layak
2. Untuk menghitung IRR:
IRR =
Di mana:
IRR = Internal Rate of Return
itr = Bunga Modal yang Rendah
= Selisih Bunga Modal Tertinggi dan Terendah
NPVitr = Perhitungan NPV dengan Tingkat Bunga Terendah
NPVitt = Perhitungan NPV dengan Tingkat Bunga Tertinggi

3. Untuk Menghitung B/C Ratio:
Net B/C = , untuk Bt-Ct < 0

Keterangan:
B = Manfaat atau benefit
C = Biaya atau cost
Bt = Manfaat pada waktu ke n
i = Tingkat bunga
n = Waktu ke n
t = Waktu
Kriteria pengambilan keputusan:
B/C < 1, maka investasi pada usaha tani melon tdk menguntungkan atau tidak layak.
B/C = 1, maka investasi pada usaha tani melon impas.
B/C > 1, maka investasi pada usaha tani melon menguntungkan atau layak.
Untuk menghitung Payback Period menggunakan formulasi rumus:
PP =
Di mana:
PP = Payback Period
It = Investasi pada Tahun ke t
Pt = Proceed pada Tahun ke t
IV. Hasil Analisis Data
KRITERIA KELAYAKAN NILAI
NPV DF 10% 3.518.844,66
IRR (%) 32%
B/C Ratio 1,75
PP (Tahun) 2,26

Nilai NPV 3.518.844,66 artinya selama umur ekonomis proyek 5 (lima) tahun usaha tani melon dapat menghasilkan keuntungan Rp. 3.518.844,66. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani melon adalah layak untuk diusahakan, karena memiliki nilai NPV positif.
Nilai IRR 32% artinya tingkat suku bunga maksimum yang harus dibayar adalah 32% untuk penggunaan sumberdaya yang digunakan. Berarti usaha tani melon akan menguntungkan jika diusahakan pada tingkat suku bunga < 32%. Bila usaha tani melon dilakukan pada tingkat suku bunga > 32%, maka usaha tani melon akan mengalami kerugian.
Nilai B/C Ratio 1,75, berarti Rp. 1 yang dikeluarkan untuk usaha tani melon akan menghasilkan Rp. 1,75. Dengan demikian usaha tani melon layak untuk dilanjutkan atau dikembangkan, karena memiliki nilai B/C Ratio > 1.
Nilai PP 2,26 menandakan bahwasannya usaha tani melon yang dilakukan mempunyai waktu pengembalian modal untuk usaha yang dilakukan adalah 2,26 tahun dari umur ekonomis usaha.
Sumber:
Anik Suwandari. 2006. Materi Kuliah pada Program Studi Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Jember.
Hendro Sunarjono. 1998. Prospek Berkebun Buah. PT. Penebar Swadaya. Bogor.
Final Prajnanta. 1999. Melon. PT. Penebar Swadaya. Bogor.
M. Zainul Arifin. 2001. Sekilas Tentang Melon. Tabloid Nalar Edisi XIV/Juli 2001.
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK). 2005.

Tidak ada komentar: