Rabu, 12 Januari 2011

AGRIBISNIS PENGOLAHAN KOPI

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan potensial untuk mendatangkan devisa adalah sumber daya alam pertanian. Sumber daya alam pertanian yang melimpah memposisikan Indonesia sebagai negara agraris yang diperhitungkan dalam perdagangan komoditas pertanian (DOWNLOAD FILE CLICK HERE) karena memiliki

nilai ekspor yang cukup tinggi.
Salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi adalah hasil laut dan hasil perkebunan. Hasil perkebunan yang menonjol adalah komoditas kopi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik nilai ekspor komoditas kopi menempati posisi ke-2 setelah komoditas udang segar (Tabel 1).
Tabel 1. Nilai ekspor hasil pertanian (juta dollar US)
Hasil Pertanian 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Rata-Rata
Udang Segar 1031.6 1015.7 1007.9 1007.2 887.6 1003.3 992.2
Kopi 595.6 588.8 503.5 578.9 458.3 311.8 506.2
Ikan 371.6 375.4 381.4 357.5 441.1 364.2 381.9
Coklat 224.5 263.0 295.1 382.6 296.7 235.7 282.9
Rempah-Rempah 214.4 157.7 234.6 277.6 273.4 314.3 245.3
Teh 85.5 109.3 84.6 108.3 92.1 108.1 97.9
Sumber: BPS, 2000 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1 terlihat jumlah nilai ekspor kopi dari tahun 1995 sampai 2000 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena permintaan kopi lebih banyak kepada tiga negara pengekspor utama kopi, yaitu Brazil, Kolombia dan Vietnam seperti pada tabel 2 di bawah.
Tabel 2. Ekspor negara-negara pengekspor utama kopi dunia tahun 1997-2002 (dalam ribuan karung)
Negara Eksportir 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Brazil 28.000 23.500 35.600 30.800 34.100 33.700
Kolombia 10.779 12.043 10.868 9.512 11.500 11.400
Vietnam 5.750 7.000 7.500 11.010 13.333 12.500
Indonesia 7.900 7.000 6.950 6.660 6.495 6.280
Meksiko 5.300 4.950 5.010 6.193 5.300 5.500
India 3.417 3.805 4.415 4.870 5.020 5.425
Lainnya 42.642 39.115 38.089 44.678 41.253 42.943
DUNIA 103.778 97.413 108.432 113.723 117.001 117.739
Sumber: Horticultural and Product Divisions, FAS/USDA, Juni 2001

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Coffee Organization (ICO), menunjukkan bahwa produksi kopi dunia selama tahun 1998 s.d. 2001 mengalami peningkatan cukup signifikan dan melampaui tingkat konsumsi dunia. Kondisi seperti ini menyebabkan kelebihan pasokan (over supply) lebih dari 40% dari kebutuhan pasar. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah produksi kopi Brazil stabil pada tingkat yang tinggi; terjadinya peningkatan produksi kopi yang tajam di Vietnam; peningkatan produksi pada beberapa produsen utama seperti Meksiko, India, Guatemala, Pantai Gading dan Ethiopia, serta stabilnya tingkat produksi kopi di Indonesia dan Kolombia.
Brazil sebagai produsen utama kopi dunia, produksinya stabil diatas 31 juta karung per tahun selama 3 (tiga) tahun terakhir, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya produksinya selalu berfluktuasi dan terendah mencapai sekitar 16 juta karung. Kondisi yang serupa juga terjadi di Indonesia (berkisar antara 5,8 juta-8,5 juta karung) dan Kolumbia relatif stabil pada tingkat yang cukup tinggi pada kisaran 9,3-12,9 juta karung. Vietnam sebagai negara produsen kopi baru menunjukkan perkembangan produksi kopi hampir 3 kali lipat selama 5 tahun terakhir.
Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut sepanjang tidak adanya perubahan iklim yang berarti. Sebagaimana digambarkan melalui data FAO/ICO bahwa pada periode lima tahun kedepan (1993-1995 sampai dengan 2005) perkembangan supply dan demand dunia adalah peningkatan produksi, konsumsi, ekspor dan impor berturut-turut sebesar 2,7%, 1,65%, 3,4% dan 2,4%. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut di atas, hanya negara-negara produsen kopi yang memiliki kemampuan daya saing tinggi dalam menciptakan harga, kualitas, citarasa, ragam produk serta kontinuitas supply yang kompetitif yang akan bertahan. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, selain usaha dari industri kopi diperlukan juga dukungan dari pemerintah.
Proses pengolahan buah kopi menjadi biji kopi di Indonesia dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Kopi yang diusahakan oleh rakyat setelah panen banyak diolah dengan menggunakan cara kering karena metode ini lebih sederhana dan murah, namun biji kopi yang didapatkan mempunyai rendemen kecil dan mutu yang rendah, sedangkan perkebunan-perkebunan besar kopi menggunakan metode pengolahan basah dalam penanganan pasca panennya.
Optimalisasi potensi kopi Indonesia dapat dilakukan dengan melaksanakan intensifikasi produksi dan efisiensi pengolahan serta perbaikan

1 komentar:

Denny Farhan mengatakan...

Informasi tentang pengolahan kopi ini sangat bermanfaat, penjelasannya detail dan kalimatnya alami mengalir begitu saja. terima kasih, ditunggu artikel-artikel segar berikutnya