Materi 1: KRISIS GLOBAL DAN KEBUTUHAN REORIENTASI STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN (Oleh: Dr. Noer Soetrisno)
Perlu Ketegasan Politik Pertanian, diantaranya dengan jalan:
Dari Tanaman Pangan ke Peternakan sebagai Panglima, Karena Peternakan mempunyai Daya Penyebaran dan kepekaan yang kuat, serta mampu menjadi fungsi “Transmiter Baru” di sektor pertanian dan sebagai penghasil Protein dan Energi.
TANGGAPAN:
Mengubah paradigma sub sektor peternakan sebagai leading sector Pertanian perlu dikaji lebih mendalam apalagi statement tersebut didasarkan pada data empiris yang menunjukkan sistem perekonomian atau yang berpenghasilan baik di kalangan usahatani pertanian terletak pada kawasan usaha peternakan.
(a) data empirik tersebut perlu kiranya diteliti yang lebih holistik dan di blow up pada level nasional mengingat akan susahnya mengubah paradigma nasional “pertanian” sebagai leading sector menjadi pendukung sub sektor peternakan. (b) pada prinsipnya bisa saja peternakan menjadi leading sector, akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa sub sektor peternakan terdiri dari 3 macam penggolongan yaitu: ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak unggas merupakan komoditi yang paling rentan terhadap kekuatan pasar global. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya usaha perunggasan di tanah air yang gulung tikar akibat krisis ekonomi tahun 1998. Kondisi ini sangat dimaklumi karena sekitar 80% bahan pakan unggas dipasok dari luar negeri, sebut saja jagung kuning, bungkil kedelai, dll. Berdasar asumsi tersebut sepertinya unggas akan menemui kendala baru sebab input bahan baku masih belum berswasembada sehingga sangat syarat dengan ekonomi biaya tinggi, dengan demikian peternakan unggas belum layak untuk dijadikan panglima dalam dunia ekonomi pertanian. (c) Ternak kecil dan besar agaknya yang paling cocok untuk dijadikan panglima, hal ini pun masih sangat minim kemanfaatan. Hal ini mengandung arti bahwa ternak besar dan kecil sebagai industri hilir pertanian masih sangat kecil multiplier yang didapat karena hanya mengambil input by product dari pertanian dan bukan industri yang mengolah bahan baku dari output pokok pertanian.
Materi 2: Strategi Ekspor Komoditas Perkebunan dalam Situasi Krisis Finansial Global, Kasus pada Kopi (Oleh: Dr.Surip Mawardi)
Laju pertumbuhan ekspor kopi rata-rata dalam 10 tahun terakhir -0,47% per tahun
TAMBAHAN:
Khusus kasus di Bondowoso, berdasar data existing mulai tahun 2002 sampai dengan 2007 terjadi penurunan produksi kopi sebesar 50%. Menurut “Bambang” ketua asosiasi petani kopi Bondowoso bahwa penurunan produksi ini terjadi karena adanya tranformasi dari budidaya tanaman kopi ke tanaman musiman berupa tebu. Begitu pula pada kebun-kebun di areal PTPN XII kebun blawan, kalisat dan lainnya juga terjadi penurunan luas areal tanaman kopi. Seperti kebanyakan pada areal perkebunan milik BUMN lainnya penurunan luas areal tanaman kopi akibat adanya tuntutan reformasi yang salah terhadap pengelolaan lahan yang pada ujung-ujungnya terjadi penjarahan lahan milik PTP.
)* : Disampaikan oleh Hendri Widotono, S.Pt.,MP Saat ini sebagai Ketua Komite V HKTI Kab. Bondowoso, Ketua Bag. Litbang Ikatan Penyuluh Pertanian Indonesia Cabang Bondowoso. Anggota Master plan Agropolitan Kab. Bondowoso dan masih aktif mengajar di UNIBO.
1 komentar:
mampir nich...
oh ea,, ada sedikit info tentang kayu jabon.mungkin pernah denger tentang kayu jabon ok.. SALAM.....
Posting Komentar