Pendahuluan
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya. Tentu saja untuk menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. Dalam praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan (DOWNLOAD FILE)seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)
Asumsi-Asumsi Pokok
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
• Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang, bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan untuk mendapatkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pendidikan.
• Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman).
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik pembelajaran. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapangan (field school), melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
• Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya.
Hal ini berbeda pada seorang anak, umumnya seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang dewasa, kesiapan belajar ditentukan oleh tingkatan perkembangan mereka yang harus dihadapi dalam peranannya sebagai kader, pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peran sosialnya.
• Orientasi Belajar
Asumsinya, pada anak (yang belajar) orientasi belajarnya ‘seolah-olah’ sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa, memiliki orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.
Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
Beberapa Implikasi Untuk Praktek
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sementara beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konsep pendidikan konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
• Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku.
• Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
• Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku
• Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan.
• Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif. Dalam proses belajarnya melibatkan elemen-elemen:
• Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.
• Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif.
• Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik.
• Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar.
• Merencanakan pola pengalaman belajar.
• Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai.
• Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar, sebagai sebuah proses yang tidak berhenti.
Oleh karena itu, dalam memproses interaksi belajar dalam pendidikan orang dewasa, kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta pelatihan. Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas atau dari NGO yang dibuat di balik meja –yang berjarak/terlepas – dari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta belajar.
Langkah-Langkah Pokok Dalam Proses belajar Partisipatif (Andragogi)
Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktek dalam proses pembelajaran kegiatan pelatihan, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:
1. Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:
• Pengaturan Lingkungan Fisik
Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:
• Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa.
• Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa.
• Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.
• Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis
Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung. Untuk itu diperlukan:
• Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung.
• Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai.
• Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut.
• Mengembangkan semangat kebersamaan.
• Menghindari adanya pengarahan dari siapapun.
• Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama
2. Diagnosis Kebutuhan Belajar
Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga/peserta belajar di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:
• Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu.
• Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan
• Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan.
• Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu.
3. Proses Perencanaan
Dalam perencanaan pendidikan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pendidikan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan:
• Libatkan peserta untuk menyusun rencana pendidikan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain.
• Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pendidikan tersebut.
• Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi belajar.
• Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.
4. Memformulasikan Tujuan
Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Dalam setiap proses belajar, tujuan belajar hendaklah mencakup tiga hal pokok yakni: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
5. Mengembangkan Model Umum
Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pendidikan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
6. Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran
Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Materi pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta belajar.
• Materi belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis. Bukan berarti materi yang disusun hanya bersifat pragmatis.
• Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta, tetapi akan lebih baik jika bersifat mendorong ketajaman analisis dan metodologi.
• Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif, atau dalam bahasa Freire “dialogis”.
7. Peranan Evaluasi
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
• Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pelatihan.
• Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation).
• Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.
• Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
• Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.
• Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.
Demikian bahan bacaan singkat. Untuk lebih jelasnya harus diuji melalui kegiatan riel dilapangan. Terima kasih.
LUHT4108 Pendidikan Orang Dewasa
Modul pendidikan orang dewasa ini memiliki bobot 2 SKS dan akan membahas berbagai konsep dan prinsip yang berkaitan dengan pendidikan orang dewasa yang harus dipahami oleh penyuluh pertanian agar dapat digunakan untuk mengajar petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Cakupan bahasan modul ini meliputi konsep dan prinsip sebagai berikut.
1. Pengertian pendidikan orang dewasa.
2. Perbedaan orang dewasa dan anak-anak.
3. Pengertian dan identifikasi gaya pembelajaran.
4. Jenis, ciri-ciri dan pemilihan gaya pembelajaran.
5. Mengenal corak kepribadian orang dewasa.
6. Dimensi penentu corak kepribadian orang dewasa.
7. Segi kuat dan segi lemah kepribadian orang dewasa.
8. Suasana pembelajaran orang dewasa.
9. Prinsip pendidikan orang dewasa.
10. Prinsip belajar orang dewasa.
11. Hakikat pendidik dalam pendidikan orang dewasa.
12. Pemandu dalam pendidikan orang dewasa.
13. Cara Belajar Lewat Pengalaman (CBLP) sebagai teknik pembelajaran orang dewasa.
14. (CBLP) Terstruktur dan Rencana Kepemanduan.
Keempat belas konsep dan prinsip ini saling berhubungan dan Baling terkait sehingga untuk mempelajarinya harus dilakukan secara berurutan dan tidak bisa dilakukan dengan meloncat-loncat. Tujuan akhir mempelajari modul ini adalah agar penyuluh pertanian dapat mengajar petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Mengajar petani adalah mengajar orang dewasa, oleh karena itu muara dari keempat belas konsep dan prinsip tersebut di atas pada hakikatnya adalah teknik pembelajaran orang dewasa dan penyusunan Rencana Kepemanduan dalam pendidikan orang dewasa. Namun, untuk dapat mempelajari kedua prinsip tersebut, Anda terlebih dahulu perlu mempelajari konsep dan prinsip nomor 1 sampai dengan nomor 12. Adapun susunan modul yang akan dipelajari dalam buku materi pokok mata kuliah ini adalah sebagai berikut.
Modul pertama, membahas mengenai pengertian dan konsep pendidikan orang dewasa terdiri dari 3 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang Pengertian Pendidikan Orang Dewasa, Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Perbedaan Orang Dewasa dan Anak-anak, dan Kegiatan Belajar 3 membahas tentang Implikasi Kegiatan Pendidikan Orang Dewasa.
Modul kedua, membahas mengenai gaya pembelajaran orang dewasa, terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang Pengertian dan Identifikasi Gaya Pembelajaran serta Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Jenis, Ciri-ciri dan Pemilihan Gaya Pembelajaran.
Modul ketiga, membahas mengenai corak kepribadian orang dewasa dan terdiri dari 3 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang Mengenal Corak Kepribadian Orang Dewasa, Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Dimensi Penentu Corak Kepribadian Orang Dewasa, serta Kegiatan Belajar 3 membahas tentang Segi kuat dan Segi Lemah Kepribadian Orang Dewasa.
Modul keempat, membahas mengenai prinsip pendidikan dan belajar orang dewasa, terdiri dari 3 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang Suasana Pembelajaran Orang Dewasa, Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Prinsip Pendidikan Orang Dewasa, serta Kegiatan Belajar 3 membahas tentang Prinsip Belajar Orang Dewasa.
Modul kelima, membahas mengenai mengajar orang dewasa, terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Orang Dewasa dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Pemandu dalam Pendidikan Orang Dewasa.
Modul keenam, membahas mengenai teknik pembelajaran orang dewasa dan terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang CBLP sebagai Teknik Pembelajaran Orang Dewasa serta Kegiatan Belajar 2 membahas tentang CBLP Terstruktur dan Rencana Kepemanduan.
Cara mempelajari Buku Materi Pokok Pendidikan Orang Dewasa adalah sebagai berikut.
1. Pelajari isi setiap modul dengan sebaik-baiknya dengan cara membaca dan mendiskusikannya dengan rekan Anda.
2. Melatih diri dengan menjawab soal-soal yang ada pada latihan dan tes formatif. Apabila telah selesai, kemudian bandingkan jawaban Anda dengan jawaban yang ada pada akhir setiap modul.
3. Apabila ada kesulitan, diskusikan dengan teman Anda.
4. Untuk lebih mendalami mengenai pengetahuan tentang pendidikan orang dewasa, diharapkan Anda dapat membaca buku-buku atau rujukan lainnya yang tercantum dalam referensi yang ada pada akhir setiap modul atau referensi lainnya.
Selamat mempelajari modul ini!
Modul 1
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi adalah ilmu tentang memimpin atau membimbing orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa. Pendidikan orang dewasa berbeda dengan konsep pendidikan untuk anak-anak, yang sering disebut dengan istilah pedagogi.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Kegiatan Belajar 2
Perbedaan Orang Dewasa dan Anak-anak
Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu (1) konsep diri, (2) konsep pengalaman, (3) konsep kesiapan belajar, dan (4) konsep perspektif waktu atau orientasi belajar.
Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut (1) mampu mengambil keputusan bagi dirinya, (2) mampu memikul tanggung jawab, dan (3) sadar terhadap tugas dan perannya.
Adapun menurut konsep pengalaman orang dewasa adalah kaya dengan pengalaman, tidak seperti botol yang kosong atau lembaran kertas yang bersih. Konsep kesiapan belajar menekankan bahwa orang disebut dewasa kalau sadar terhadap kebutuhannya dan kesadaran terhadap kebutuhan inilah yang akan menjadi sumber kesiapan untuk belajar. Sedangkan menurut konsep perspektif waktu atau orientasi belajar adalah bahwa orang dewasa belajar berpusat pada persoalan yang dihadapi sekarang, yaitu bagaimana menemukan masalah sekarang dan memecahkannya sekarang juga. Jadi, belajar sekarang untuk digunakan sekarang, bukan belajar sekarang untuk bekal masa datang.
Kegiatan Belajar 3
Implikasi Kegiatan Pendidikan Orang Dewasa
Dalam andragogi terdapat hubungan timbal balik di dalam transaksi belajar-mengajar, di mana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu. Dalam pedagogi terdapat hubungan ketergantungan (dependent) dari murid kepada guru, di mana hubungan guru dan murid adalah hubungan yang bersifat memerintah.
Dalam andragogi komunikasi banyak arah dipergunakan oleh semua yang hadir (pengajar dan pelajar) sebagai warga belajar, di mana pengalaman dari semua yang hadir dinilai sebagai sumber untuk belajar. Dalam pedagogi komunikasi satu arah terjadi antara guru dan murid, di mana pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama untuk belajar.
Dalam andragogi pelajar mengelompokkan dirinya berdasarkan minat, di mana pengajar memfasilitasi untuk membantu pelajar menentukan kebutuhan belajarnya. Dalam pedagogi murid di-kelompokkan berdasarkan tingkatan atau kelas, di mana guru menyusun kurikulum untuk setiap tingkatan atau kelas tersebut.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.
Daftar Pustaka
Knowles, M. (1973). Andragogy concepts for Adult Learning. Washington, D.C: U.S. Departement of Heatlth, Education and Welfare.
Knowles, M. (1978). The Adult Learner; A Neglected Spesies. 2nd Ed. Houston, Texas: Gulf Publishing Co.
Soedijanto. (1995). Bagaimana Mendidik Penyuluh Pertanian. Jakarta: FAO.
Soedijanto. (2003). Problem Solving Learning. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pertanian.
Soedijanto. (2003). Andragogi dalam Penyuluhan Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Modul 2
Gaya Pembelajaran Orang Dewasa
Kegiatan Belajar 1
Pengertian dan Identifikasi Gaya Pembelajaran
Gaya pembelajaran adalah gambaran kegiatan-kegiatan yang paling cocok dilakukan seseorang untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam pembelajaran. Identifikasi gaya pembelajaran dilakukan dengan mengisi instrumen penilaian gaya pembelajaran. Pada umumnya setiap orang memiliki semua jenis gaya pembelajaran, namun akan ada jenis gaya pembelajaran yang dominan yang akan digunakan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam pembelajaran.
Kegiatan Belajar 2
Ciri-ciri gaya pembelajaran tergantung (dependent) adalah sebagai berikut.
1. Pengajar menyampaikan materi sajiannya dengan baik sekali, biasanya menggunakan metode kuliah dengan menggunakan alat peraga dan memberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab.
2. Pengajar merencanakan secara detail semua kegiatan pembelajaran.
3. Pengajar merancang dan mengorganisasi pembelajaran, kemudian menjelaskannya kepada para pelajar.
4. Pengajar yang menetapkan materi yang diperlukan dalam pelajar.
5. Pelajar akan senang apabila pengajar menyajikan materinya dengan kuliah dan demonstrasi.
6. Pengajar memberitahukan hal-hal yang benar atau yang salah menurut pendapatnya.
7. Pengajar melakukan kontrol yang ketat terhadap diskusi yang akan dilakukan oleh pelajar sehingga waktu dapat dipergunakan dengan baik.
8. Pengajar memikul tanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pembelajaran.
9. Pelajar menyerahkan sepenuhnya kepada pengajar mengenai jawaban pertanyaan atau hal-hal yang dianggapnya paling benar yang menyangkut materi pembelajaran.
10. Pengajar memutuskan apakah pelatihan dianggap berhasil atau gagal.
Ciri-ciri gaya pembelajaran kerja sama (collaborative) adalah sebagai berikut.
1. Pengajar ikut bersama-sama dengan para pelajar dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pengajar bersama-sama dengan para pelajar bertanggung jawab terhadap penetapan materi pembelajaran.
3. Peran utama pengajar adalah mendorong para pelajar agar dapat bekerja sama, mengembangkan alternatif-alternatif, dan mengarah-kan mereka untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.
4. Pengajar sebaiknya menerima ide atau pendapat para pelajar, walaupun sebenarnya dia tidak setuju.
5. Pengajar hendaknya membagi tanggung jawab bersama-sama dengan para pelajar untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Pengajar memberikan kesempatan kepada pelajar untuk memberikan komentar dan mengungkapkan kebutuhan mereka untuk menyempurnakan program pendidikan.
7. Pengajar mengharapkan para pelajar dapat beradu pendapat dengannya.
8. Para pelajar diikutsertakan dalam penyusunan rencana pembelajaran.
9. Pengajar membantu para pelajar agar mereka dapat menentukan materi pembelajaran termasuk topik-topik yang akan dipelajari.
10. Pelajar bersama-sama dengan pengajar menentukan apakah pembelajaran bermanfaat atau tidak, apabila tidak bermanfaat, kemudian diputuskan langkah-langkah apa yang akan diambil mereka.
Modul 3
Corak Kepribadian Orang Dewasa
Kegiatan Belajar 1
Mengenal Corak Kepribadian Orang Dewasa
Mengenal corak kepribadian seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan interaksi kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Interaksi antarwarga belajar adalah inti dari kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Interaksi antarwarga belajar akan terjadi apabila ada kontak dan komunikasi di antara mereka
Kegiatan Belajar 2
Dimensi Penentu Corak Kepribadian Orang Dewasa
Ada empat dimensi yang menentukan corak kepribadian seseorang, yaitu sebagai berikut.
1. Dimensi 1 : Tertutup (T) – Terbuka (B).
2. Dimensi 2 : Idealis (I) – Praktisi (P).
3. Dimensi 3 : Perasa (R) - Pemikir (F).
4. Dimensi 4 : Mediator (M) – Kontroler (K).
Kegiatan Belajar 3
Segi Kuat dan Segi Lemah Kepribadian Orang Dewasa
Dari berbagai corak dimensi kepribadian orang dewasa, terdapat nilai-nilai atau segi kekuatan dan nilai-nilai atau segi kelemahan. Hal ini menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki sisi kuat dan sisi lemah, tidak ada yang sempurna.
Dalam berinteraksi, kekuatan seseorang diharapkan dapat menutup kelemahan orang lain sehingga tercipta hubungan yang harmonis tanpa ada perselisihan.
Daftar Pustaka
Tough, A. (1971). The Adult’s Learning Process. The Ontario Institute for Studies and Education.
Soedijanto. (1994). Pengembangan Metodologi Pendidikan melalui Pendidikan Guru Pertanian. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soedijanto. (1994). Teknik Dasar Interaksi Belajar. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soedijanto. (1998). Pendekatan Psikologis dan Participatory dalam Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: FAO..
Modul 4
1. Prinsip Pendidikan dan Belajar Orang Dewasa
Kegiatan Belajar 1
Suasana Pembelajaran Orang Dewasa
Untuk menciptakan pembelajaran orang dewasa yang efektif dan efisien diperlukan suasana yang menggambarkan berikut ini.
1. Kumpulan manusia aktif.
2. Saling hormat menghormati.
3. Saling menghargai.
4. Saling mempercayai.
5. Penemuan diri.
6. Tidak mengancam.
7. Keterbukaan.
8. Mengakui corak kepribadian.
9. Membenarkan adanya perbedaan.
10. Mengakui hak.
11. Untuk melakukan penilaian bersama.
Untuk menciptakan suasana pembelajaran orang dewasa yang efektif dan efisien perlu diterapkan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa dan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.
Kegiatan Belajar 2
Prinsip Pendidikan Orang Dewasa
Untuk menciptakan suasana pembelajaran orang dewasa yang efektif dan efisien perlu diterapkan sepuluh prinsip pendidikan orang dewasa, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip kemitraan.
2. Prinsip pengalaman nyata.
3. Prinsip kebersamaan.
4. Prinsip partisipasi.
5. Prinsip keswadayaan.
6. Prinsip kesinambungan.
7. Prinsip manfaat.
8. Prinsip kesiapan.
9. Prinsip lokalitas.
10. Prinsip keterpaduan.
Kegiatan Belajar 3
Prinsip Belajar Orang Dewasa
Untuk menciptakan suasana pembelajaran orang dewasa yang efektif dan efisien perlu diterapkan sebelas prinsip belajar orang dewasa, yaitu sebagai berikut.
1. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila dia secara penuh mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran.
2. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila materinya menarik bagi dia dan ada kaitannya dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa akan belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang dipelajari bermanfaat dan dapat diterapkan.
4. Dorongan semangat dan pengulangan terus-menerus akan membantu orang dewasa untuk belajar lebih baik.
5. Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila dia mempunyai kesempatan yang memadai untuk mengembangkan pengetahuannya, sikapnya dan keterampilannya.
6. Proses belajar orang dewasa dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang lalu dan daya pikirnya.
7. Saling pengertian yang lebih baik akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
8. Orang dewasa akan lebih banyak belajar dari situasi kehidupan nyata.
9. Orang dewasa tidak dapat memusatkan perhatian untuk waktu yang lama kalau hanya mendengar saja.
10. Orang dewasa mencapai retensi tertinggi melalui kombinasi kata-kata dan visual.
11. Orang dewasa akan cenderung mengulang kembali perilaku yang dipuji.
Daftar Pustaka
Soedijanto. (1994). Pengembangan Metodologi Pendidikan melalui Pendidikan Guru Pertanian. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soedijanto. (1994). Teknik Dasar Interaksi Belajar. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soedijanto. (1994). Bagaimana Mendidik Penyuluh Pertanian Orang Dewasa. Jakarta: FAO.
Soedijanto. (2002). Pedoman Diklat Kemitraan. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pertanian.
Soedijanto. (2002). Pendidikan Orang Dewasa dalam Penyuluhan Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Modul 5
Mengajar Orang Dewasa
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Orang Dewasa Pendidik dalam pendidikan orang dewasa pada hakikatnya adalah pendamping belajar dari orang dewasa yang:
1. tidak dapat dipisahkan dari situasi kehidupan nyata;
2. penuh dengan pengalaman;
3. penuh dengan tanggung jawab;
4. mampu mengambil keputusan yang paling baik bagi dirinya;
5. sadar terhadap tugas dan perannya;
6. sadar dan mengerti akan kebutuhannya;
7. selalu ingin menjawab tantangan yang dihadapinya;
8. selalu ingin memperbaiki kualitas kehidupannya;
9. selalu terikat pada kehidupan masyarakatnya atau kelompoknya;
10. ingin mandiri untuk menemukan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya;
11. belajar sekarang untuk dipergunakan sekarang juga.
Kegiatan Belajar 2
Pemandu dalam Pendidikan Orang Dewasa
Ciri-ciri pemandu dalam pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut.
1. Menjadi anggota kelompok yang diajar.
2. Mampu menciptakan iklim pembelajaran yang baik.
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya.
4. Memikirkan orang lain.
5. Menyadari kelemahannya, mampu mengembangkan tingkat keterbukaan, kekuatannya dan tahu di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya.
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain lewat pengamatannya.
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang.
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang lain.
10. Menyadari bahwa perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.
12. Sikap pemandu dalam pendidikan orang dewasa adalah:
13. Tidak berusaha menonjolkan diri.
14. Selalu berusaha memfasilitasi dan menggugah proses berpikir pelajar.
15. Selalu bersama untuk menjalin kerja sama dengan pelajar dengan cara menghargainya dan menghormatinya.
16. Selalu mengembangkan proses dialog horizontal dengan pelajar dan bukan merupakan komunikasi satu arah.
17. Tidak menggurui.
Tindakan nyata pemandu dalam pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut.
1. Mendengarkan pendapat pelajar.
2. Turun bersama-sama pelajar untuk mengetahui masalah yang dihadapi mereka.
3. Berdiskusi secara terbuka dengan pelajar tentang masalah mereka dan bukan berbicara selaku orang yang lebih tahu terhadap orang yang tidak mengetahui atau lebih tinggi kedudukannya terhadap orang yang lebih rendah.
4. Menghormati pelajar dengan meng"orang"kannya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan, menaruh perhatian, membantu mereka menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri, dan tidak pernah memberikan jawaban pertanyaan pelajar secara langsung.
Ciri-ciri orang dewasa yang akan ikut menentukan keberhasilan proses belajarnya yang perlu dipahami oleh pemandu adalah sebagai berikut.
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman.
2. Orang dewasa mempunyai tendensi dapat menentukan kehidupan-nya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran ketimbang digurui.
4. Orang dewasa memberikan perhatian lebih pada hal-hal yang menarik baginya
5. dan menjadi bagian dari kebutuhannya.
6. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberikan hukuman atau disalahkan.
7. Orang dewasa biasa menilai rendah terhadap kemampuannya.
8. Orang dewasa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.
9. Orang dewasa membutuhkan waktu belajar yang relatif lebih lama, akrab dan menjalin hubungan yang erat.
Daftar Pustaka
Soedijanto. (1994). Pengembangan Metodologi Pendidikan melalui Pendidikan Guru Pertanian. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Soedijanto. (1994). Teknik Dasar Interaksi Belajar. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Soedijanto. (1994). Bagaimana Mendidik Penyuluh Pertanian Orang Dewasa. Jakarta: FAO. Soedijanto. (2002). Pedoman Diklat Kemitraan. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pertanian. Soedijanto. (2002). Pendidikan Orang Dewasa dalam Penyuluhan Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Modul 6
Kegiatan Belajar 1
Cara Belajar Lewat Pengalaman (CBLP) sebagai Teknik Pembelajaran Orang Dewasa
Teknik pembelajaran yang biasa digunakan untuk pembelajaran orang dewasa adalah teknik pembelajaran CBLP. Penyelenggaraan CBLP harus memenuhi 4 syarat, yaitu (1) Partisipasi aktif, (2) Tanggung jawab penuh, (3) Pembelajaran dalam kelompok, (4) Berorientasi kepada kebutuhan.
Kelebihan teknik pembelajaran CBLP, antara lain (1) Mampu menumbuhkan rangsangan bagi pelajar untuk menemukan sendiri hasil belajarnya; dan (2) Menempatkan pelajar sebagai manusia seutuhnya atau subjek pembelajar.
Adapun langkah-langkah daur CBLP terdiri atas 5 tahap, yaitu (1) Mengalami, (2) Mengemukakan pengalaman, (3) Mengolah pengalaman, (4) Menyimpulkan, dan (5) Menerapkan atau meng-aplikasikan.
Kegiatan Belajar 2
CBLP Terstruktur dan Rencana Kepemanduan
Urutan pelaksanaan CBLP dalam setiap session pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Pengantaran:
a. Membangun iklim pembelajaran.
b. Klarifikasi tujuan pembelajaran.
2. Pelaksanaan:
a. Alami.
b. Kemukakan.
c. Olah.
d. Simpulkan.
e. Aplikasi.
3. Penutup:
a. Evaluasi hasil pembelajaran.
b. Tindak lanjut.
Adapun komponen RK terdiri atas berikut ini.
1. Topik pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar