1.Latar Belakang
Tanah merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Keseimbangan tanah dengan kandungan bahan organik, mikro organisme dan aktifitas biologi serta keberadaan unsur-unsur dan nutrisi sangat penting untuk keberlanjutan pertanian kedepan, begitu juga dengan kesehatan manusia berhubungan (DOWNLOAD FILE) langsung dengan kesehatan tanah.Salah satu permasalahan saat ini yang dihadapi banyak petani adalah
Perilaku usahatani lebih tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah agar tanah menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi pada tanaman. Saat ini secara umum belum melibatkan tanah sebagai komponen yang mempengaruhi dan menentukan keputusan pengendalian dalam pengelolaan suatu agroekosistem.
Dibeberapa tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum pengolahan lahan, sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur hara tidak terjadi.
Dinas Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura Kabupaten Bondowoso telah melaksanakan Sekolah Lapang Pengembangan Pupuk Organik sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan teknis masyarakat tani dalam budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan memanfaatkan bahan organik yang melimpah di sekitar lingkungan kita untuk mengusahakan perbaikan kondisi tanah baik fisik, kimia dan biologis tanah serta teknik budidaya dengan proses manajemen sistem perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanaman, tanah dan air.
2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Pengembangan Pupuk Organik sebagai adalah berikut :
a. Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petani tentang pengembangan pupuk organik pada usahatani tanaman pangan terutama padi sawah metode SRI ( System of Rice Intesification ).
b. Meningkatkan kerjasama, aktivitas dan kinerja kelompok tani dalam pembelajaran pengembangan pupuk organik.
c. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta kesejahteraan petani.
d. Memasyarakatkan penggunaan pupuk organik dalam upaya peningkatan kesuburan tanah dan tanaman yang ramah lingkungan.
3. Sasaran
Sasaran kegiatan Sekolah Lapang Pengembangan Pupuk Organik adalah petani padi lahan sawah irigasi (teknis, ½ teknis, pedesaan) di 6 desa masing-masing 1 unit yang tersebar di 6 kecamatan pada wilayah kerja 6 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Bondowoso. Pada tahun 2010 kegiatan Sekolah Lapang Pengembangan Pupuk Organik
4. Input
a. Tersedia dana untuk pelaksanaan Kegiatan
b. Tersedia
c.
5. Output
a. Terlaksananya Kegiatan Sekolah Lapang Pertanian Organik
b. Petani Menerima Teknologi
6. Outcome
a. Petani mengurangi pemakaian pupuk anorganik
b. Petani dapat membuat pupuk organic
B. SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)
1. Latar Belakang
Pembangunan tanaman pangan di Jawa Timur tahun 2010 diprioritaskan pada 3 (tiga) komoditi utama yaitu padi, jagung dan kedelai, selain komoditi unggulan lainnya. Kegiatan pembangunan tanaman pangan dilakukan dengan pendekatan target produksi komoditas utama padi, jagung dan kedelai.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran produksi komoditi utama tanaman pangan yaitu padi, jagung dan kedelai adalah dengan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu. Penggunaan benih varietas unggul bermutu, berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, produksi dan mutu hasil tanaman. Permasalahan yang masih dihadapi sampai saat ini, antara lain adalah peggunaan benih varietas unggul bermutu (bersertifikat/ berlabel) pada petani relatif masih rendah, walaupun produksi benih varietas unggul bermutu meningkat setiap tahunnya. Salah satu penyebab relatif rendahnya penggunaan benih bermutu, antara lain adalah rendahnya daya beli petani, disamping tingkat kesadaran dan keyakinan petani terhadap manfaat, penggunaan benih varietas unggul bermutu di beberapa wilayah juga masih rendah.
Untuk meringankan beban petani dalam rangka meningkatkan penggunaan benih bermutu untuk mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai maka Pemerintah memberikan bantuan benih varietas unggul bermutu kepada petani. Anggaran bantuan benih berasal dari APBN Departemen Pertanian Tahun 2010 yang dialokasikan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bondowoso.
Pemberian bantuan benih tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi komoditi utama tanaman pangan khususnya padi di Kabupaten Bondowoso sebesar 5% dari total produksi sehingga produktivitas padi tahun 2009 sebesar 5,73 Ton/Ha GKG diharapkan meningkat menjadi 5,84 Ton/Ha GKG pada tahun 2010. Sedangkan untuk komoditi jagung diharapkan adanya peningkatan total produksi sebesar 3% dari tahun 2009 sehingga produktivitasnya sebesar 3,86 Ton/Ha pipilan kering diharapkan meningkat menjadi 3,98 Ton/Ha pipilan kering pada tahun 2010.
Guna mendukung upaya peningkatan produksi tanaman pangan tersebut, maka diperlukan kegiatan pengawalan meliputi sosialisasi, rapat koordinasi, operasional posko melalui kegiatan sharing SL-PTT Tahun 2010.
2. Tujuan
Program Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu ( SL-PTT ) Tahun 2010 adalah :
a. Meningkatkan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai dalam waktu yang cepat.
b. Meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu.
c. Meringankan beban petani dalam penyediaan benih varietas unggul bermutu.
d. Mendorong berkembangnya Industri Perbenihan Nasional.
e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya.
3. Sasaran
Sasaran Program Peningkatan produktivitas dan produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu ( SL-PTT ) Tahun 2010 di Kabupaten Bondowoso, adalah:
a. Peningkatan produktivitas padi non hibrida pada areal tanam sasaran program Sekolah Lapang Penglolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ( SL- PTT )
b. Peningkatan produktivitas padi hibrida pada areal tanam sasaran program Sekolah Lapang Penglolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ( SL- PTT ).
c. Peningkatan produktivitas jagung hibrida pada areal tanam sasaran Sekolah Lapang Penglolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ( SL- PTT ) .
d. Peningkatan produktivitas kedelai pada areal tanam sasaran Sekolah Lapang Penglolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu ( SL- PTT )
e. Meningkatnya penggunaan benih varietas unggul bermutu (bersertifikat) padi, jagung dan kedelai.
f. Meningkatnya produksi dan pemasaran benih unggul bermutu (bersertifikat) dalam negeri serta menumbuh-kembangkan Produsen Benih di Kabupaten Bondowoso.
4. Input
a. Tersedia dana untuk pelaksanaan kegiatan
b. Tersedia teknologi bagi petani
5. Output
a. Terlaksananya Kegiatan SL-PTT
b. Petani melaksanakan kegiatan SL-PTT
6. Outcome
Petani terampil dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu
C. BANTUAN ALAT PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (APPO)
1. Latar Belakang
Pada saat penggunaan pupuk organic menjadi suatu gerakan secara menyeluruh maka pupuk organic yang semula hanya berupa kompos maupun pupuk kandang dengan produksi dan pemakaian local berubah menjadi suatu komoditas dengan keragaman sumber bahan baku.
Upaya untuk mendukung peningkatan kualitas pupuk organic salah satunya ditempuh dengan penyediaan alat mesin dan teknologi bagi penyajian pupuk organic berbentuk granule. Sehingga pupuk organic menarik minat petani, pekebun, perkebunan dan pengusaha agribisnis sebagai pengguna karena aplikasinya yang mudah baik di kebun maupun di sawah.
Oleh karena itu bantuan berupa Alat Pembuatan Pupuk Organik (APPO) sangat diperlukan dalam memfasilitasi pembuatn pupuk organic yang dapat menarik minat petani.
2. Tujuan
a. Memudahkan petani dalam mengolah bahan baku organic menjadi pupuk organic yang siap pakai
b. Mengubah tampilan pupuk organic dalam bentuk curah menjadi granule yang aplikasinya lebih mudah.
3. Sasaran
Kelompok tani di wilayah cluster
4. Input
Tersedia dana untuk pelaksanaan kegiatan
5. Output
a. Terlaksananya kegiatan bantuan APPO
b. Petani dapat mengolah limbah pertanian organic menjadi pupuk organic yang mudah diaplikasikan dan diminati petani
6. Outcome
a. Kelompok tani terampil dalam penggunaan APPO
b. Kelompok tani mampu memproduksi pupuk organic
D. RUMAH PERCONTOHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (RP3O)
1. Latar Belakang
Jauh sebelum ditemukannya pupuk anorganik, petani Indonesia telah mengenal dan menggunakan pupuk organic sebagai bahan penyubur tanamannya, baik berupa pupuk hijau, abu hasil pembakaran maupun kotoran hewan. Sejak revolusi hijau, introduksi pupuk anorganik pada tahun 70-an langsung diminati oleh petani dan meninggalkan kebiasaan penggunaan pupuk organic dan menjadi sangat tergantung pada pupuk anorganik.
Sejalan dengan perkembangan penerapan berbagai teknologi dalam upaya peningkatan mutu intensifikasi khususnya dengan penggunaan benih unggul bermutu, maka penggunaan pupuk anorganik menjadi kebutuhan prioritas petani dalam kegiatan usahataninya. Hal ini terlihat dari dosis pemupukan cenderung terus meningkat bahkan melebihi dosis yang direkomendasikan. Intensifnyapertanaman mengakibatkan menipisnya kadar bahan organic tanah sehingga tanah menjadi keras dan padat (tidak porous). Kondisi seperti ini mengakibatkan pemupukan yang dilakukan petani semakin tidak efektif dan dosis pemupukan tidak efisien. Mengingat hal tersebut, penggunaan pupuk organic harus ditingkatkan melalui pemberian pupuk organic bersubsidi. Perlu disadari bahwa beban anggaran subsidi pupuk anorganik yang ditanggung pemerintah semakin berat mencapai Rp. 17,5 T pada tahun 2009. Keadaan ini dapat diatas dengan efisiensi penggunaan pupuk organic dengan mengembangkan penggunaan pupuk organic dan anorganik untuk mengoptimalisasi peningkatan produktivitas yang berkelanjutan.
Untuk mendorong hal tersebut Pemerintah telah memprakarsai pengembangan penggunaan pupuk organic melalui kegiatan pengembangan penggunaan bahan organic sisa tanaman atau jerami untuk diolah menjadi kompos/pupuk organic melalui pemanfaatan limbah. Pemerintah akan melanjutkan program pengembangan pupuk organic dengan kegiatan pokok diantaranya Pengadaan Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O)
2. Tujuan
Tujuan dari Pengadaan RP3O adalah sebagai berikut :
a. Mendorong percepatan pengembangan penerapan pupuk organic di tingkat petani
b. Mendorong peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produksi maupun efisiensi biaya usaha tani
3. Sasaran
Sasaran dari Pengadaan RP3O adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya penggunaan pupuk organic di tingkat petani
b. Meningkatnya produktivitas dan kualitas hasil
c. Berkurangnya biaya usaha tani sebagai akibat efisiensi penggunaan pupuk
4. Input
a. Tersedia dana untuk pelaksanaan
b. Tersedia teknologi untuk pembuatan pupuk organic
5. Output
a. Terlaksana Kegiatan Pengadaan Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O)
b. Petani dapat mengolah limbah pertanian organic menjadi pupuk organic yang mudah diaplikasikan dan diminati petani
6. Outcome
Kelompok tani mampu memproduksi pupuk organic
E. UNIT PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK (UPPO)
1. Latar Belakang
Perbaikan kesuburan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian dalam mendukung peningkatan produktivitas pada subsector tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan pada lahan sawah adalah dengan mengembalikan jerami kedalam lapisan tanah sebagai bahan organic dan tidak membakar atau membawa jerami keluar dari areal sawah. Upaya lain dalam perbaikan kesuburan lahan sawah dapat ditempuh melalui pemberian pupuk organic yang berasal dari bahan organic berupa limbah pertanian seperti limbah panen (jerami dan lainnya) serta limbah peternakan (kotoran hewan). Perbaikan kesuburan lahan dengan penggunaan pupuk organic perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk pertanian, efisiensi dalam usahatani, peningkatan aspek kesehatan serta terpeliharanya lingkungan hidup.
Proses pembuatan pupuk organic dari bahan baku berupa limbah panen dan limbah peternakan apabila dilakukan secara alami memerlukan waktu cukup lama yaitu sekitar 1-2 bulan bahkan lebih. Apabila proses tersebut menggunakan alat bantu berupa APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) yang berfungsi sebagai pencacah dan penghancur bahan organic, maka waktu pengomposan menjadi lebih pendek yaitu sekitar 2-3 minggu. Dalam skala kelompok tani/gapoktan, diperlukan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), yaitu berupa bangunan rumah kompos untuk penempatan mesin APPO, bak Fermentasi, dilengkapi alat pengangkut kendaraan bermotor roda tiga agar lebih efisien, serta hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pupuk organic.
2. Tujuan
Tujuan dari pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) yaitu :
a. Menyediakan fasilitas terpadu pengolahan bahan organic (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organic) menjadi kompos (pupuk organic)
b. Memenuhi kebutuhan pupuk organic oleh dari dan untuk petani tanpa harus membeli dan bergantung kepada pabrik pupuk
c. Mensubstitusi kebutuhan pupuk anorganik
d. Memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian
e. Meningkatkan populasi ternak
f. Membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja di pedesaan
g. Tempat training dan penelitian bagi berbagai kalangan masyarakat, termasuk petani, mahasiswa dan karyawan
h. Melestarikan sumberdaya lahan pertanian dan lingkungan
3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) adalah :
a. Daerah-daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan sentra peternakan
b. Diutamakan pada daerah-daerah potensial bahan baku organic dan kelompok tani/gapoktan yang memiliki motivasi yang tinggi untuk maju
4. Input
a. Tersedia Dana untuk pelaksanaan kegiatan
b. Tersedia fasilitas terpadu pengolahan bahan organic
5. Output
a. Terlaksana kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO)
b. Petani melaksanakan kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO)
6. Outcome
a. Petani dapat memenuhi kebutuhan pupuk organic sendiri tanpa harus bergantung kepada pabrik pupuk
b. Meningkatkan populasi ternak
c. Mengurangi penggunaan pupuk anorganik
Target kinerja pelaksanaan Gerakan Botanik Kabupaten Bondowoso pada tahun 2011 adalah penggunaan pupuk organic pada komoditas padi seluas 20.000 Ha dan penggunaan pestisida nabati, agensia hayati dan musuh alami seluas 1.000 Ha
Senin, 09 Mei 2011
BONDOWOSO PERTANIAN ORGANIK "BOTANIK"
Labels:
Kebijakan Pertanian
kesehatan dan kesuburan tanah yang semakin menurun. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala sebagai berikut; tanah cepat kering, retak-retak bila kurang air, lengket bila diolah, lapisan olah dangkal, asam dan padat, produksi sulit meningkat bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk karena penggunaan pupuk an-organik terus meningkat dan penggunaan pestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
MARI…..
“KITA BUAT PETANI TERSENYUM . KETIKA PANEN TIBA”. .
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.
Tetapi SRI sampai kini masih belum juga mendapat respon positif secara luas dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya. Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.
Tawaran solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:
""BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/POC), AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH GLIO DAN AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAMAN BVR, DENGAN POLA TANAM JAJAR GOROWO"
POLA TANAM JAJAR GOROWO
Kata “gorowo” diambil dari bahasa Jawa yaitu “lego”, “jero” dan “dowo”. Lego artinya luas/lebar, jero artinya dalam dan dowo artinya panjang. Teknologi jajar gorowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan dan diselang dengan parit/selokan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang akan memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Cara tanam padi pola tanam jajar gorowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo dan disempurnakan menjadi tanam jajar gorowo.
Media tanam dalam bentuk bedengan tidak digenangi air, tetapi tinggi air pada parit/selokan sama atau sedikit lebih rendah dari permukaan tanah bedengan. Bibit ditanam pada usia muda (6 – 10 hss) dan satu bibit untuk satu titik tanam.
Selamat mencoba dan terimakasih,
omyosa@gmail.com; 02137878827
Posting Komentar